Ujian adalah bagian dari pembelajaran, yaitu proses pengembangan dan pemberdayaan diri yang mesti dialami dengan martabat. Orang punya beragam sikap dan cara menghadapi peristiwa ujian. Kebanyakan dengan rasa tegang dan takut. Saat ujian sering membuat orang emosional hingga banyak yang tak mampu menguasai diri. Efek psikosomatis, seperti sakit perut, pusing-pusing, atau mual, pun muncul. Memang itu hal yang manusiawi, tapi akibatnya konsentrasi buyar. Daya nalar saat mempersiapkan ujian terganggu. Persiapan ujian menjadi kacau. Hal yang sama terjadi saat menjalani ujian.
Dinamika kondisi emosi dan nalar inilah yang sering kali mewarnai peristiwa ujian. Tak heran kalau setiap ada peristiwa ujian kita menemukan banyak fakta yang mengejutkan. Siswa yang sehari-hari berprestasi justru hasilnya tidak memuaskan. Bahkan gagal. Namun, kegagalan ujian bukan hanya karena gugup, bingung, takut, atau tegang.beberapa siswa gagal mencapai hasil optimal justru karena meremehkan atau kurang cermat. Dengan demikian, perlu sikap bijak memahami suatu hasil ujian.
Ujian yang membahagiakan membutuhkan guru atau dosen berkarakter pembelajar yang sadar dan butuh terus belajar. Sebab, kegagalan pemahaman materi tak selalu disebabkan kelemahan peserta didik. Sering kali permasalahan justru pada para pendidiknya. Sesungguhnya peserta didik adalah mitra, bahkan anugerah yang menuntun para pendidik untuk terus-menerus belajar.
Konon negeri ini butuh banyak guru dan dosen seperti itu, rasanya itulah guru sejati. Ia akan terus membakar semangat belajar dan membangun komunitas pembelajar. Maka, hasilnya adalah ujian yang menjadi peristiwa membahagiakan dan dirinddukan, sekaligus mencerahkan baik anak didik maupun pendidiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar