Mari kita berkaca dan belajar tentang moral, mentalitas, dan ketangguhan rakyat Jepang pascatsunami, kita bisa dapatkan fakta-fakta setelah bencana besar itu meluluhlantahkan sebagian wilayahnya. Bahan bakar minyak terbatas, tetapi masyarakatnya antre dengan kesabaran disetiap pom bensin. Antrean mobil terlihat rapi tanpa berjejalan. Bahan makanan menipis, tetapi tidak ada spekulan yang menumpuk stok. Tidak ada pedagang yang melambungkan harga demi keuntungan pribadi. Harga makanan justru dipermurah.
Supermarket diserbu, tetapi tidak ada yang protes penjatahan pembelian makanan. Warga antre dengan tenang meskipun panjang antrean mencapai puluhan kilometer. Tidak ada aksi kriminalitas seperti perampokan dan penjarahan. Tidak ada protes dan saling menyalahkan antara rakyat dan pemerintahnya. Pada krisis nuklir di Fukushima, muncul kepatuhan yang luar biasa. Ketika warga yang berada pada radius 30km dilarang keluar rumah, semuanya patuh. Ketika harus menjalani tes radioaktif, semua ikut.
Apa yang membuat Jepang sedemikian hebat bukan hanya karena disiplin dan etos kerja di atas rata-rata. Jepang adalah Negara dengan kepatuhan sipil luar biasa. Kepatuhan ini tidak datang karena ancaman hukuman yang tegas, tetapi karena norma social yang lama telah dianut. Jepang tidak pernah melihat bencana sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan, bencana adalah persoalan yang harus ditangani bersama. Semua bahu membahu mengatasi problem yang tersisa.
Ini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk bangsa kita, dimana pemerintah dapat dengan sigap menangani musibah dan sangat memperhatikan rakyatnya. Dan rakyat dengan disiplin mengikuti semua peraturan karena mereka percaya akan apa yang dilakukan oleh pemerintahnya dapat membantu mereka melalaui musibah ini. Praktek dan bukti nyata yang pemerintah Jepang hasilakan bukan omong kosong dan saling lempar tanggung jawab beserta kesalahan yang diterima rakyat. Carilah akar masalahnya bukan malah memikirkan cara membuang masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar